Wednesday, November 21, 2012

Setangkai Kamboja Layu

     Post ini pelengkap dari :  is there no thorny roses?


        Sebuah sosok misterius yang menenggelamkan banyak orang. Untuk awal, aku menganggap dia sebagai wanita biasa, dan tidak ada masalah. Tapi aku bisa membaca di balik matanya yang mungil, sejuta kepahitan ng terselubung. Dia manja, tidak mau banyak berkorban untuk orang lain. Yasudah, aku abaikan Kamboja, menjalani kehidupanku yang begitu bahagia dengan segala bunga-bunga yang ada di kebunku ini. aku begitu menikmati masa ini. 
      Hingga saatnya tiba Kamboja mungkin risih dengan perilakuku dihampiri oleh kupu-kupu jantan. Aku tidak tahu apa-apa. Aku bunga mawar yang berada agak di ujung taman, sedangkan kamboja berada di tengah-tengah taman, dia populer di taman ini. Delikan tajamnya sering mengintimidasiku sehingga aku merasa bersalah sepanjang 6 bulan terakhir ini, yang sebenarnya tidak pernah aku lakukan. Aku Mawar, tidak punya kaki untuk menghampiri kupu-kupu jantan itu. Bagaimana dia bisa menjadi begitu benci padaku? 
       Sungguh, aku  tidak proyeksi saat ini. Aku punya mata dan telinga yang bisa mengobservasi segala perilakunya, juga perkataannya. Tidak hanya dengan dia, dia meminta dukungan kepada bunga-bunga lainnya untuk menghancurkanku. 
         sudah lama aku tidak mau lagi bersikeras untuk melaksanakan apa yang aku mau. Kini saatnya aku mau belajar untuk rendah hati, mempersilahkan apa maunya kamboja. Toh, sebelumnya aku dengan kamboja tidak pernah ada masalah. Dia yang mempermasalahkan sehingga ada masalah tersebut. Dia berambisi keras untuk mendapatkan tahta pada taman ini, sedangkan aku dianggap sebelah mata untuk menghiasi taman. Aku hanya diposisikan sebagai pesuruh yang tidak jelas apa suruhannya. begitupun aku mengalami ambiguitas peran untuk melakukan tugas. Oke, aku putuskan untuk hanya menjadi setangkai mawar yang tinggal di belakang semak. 
           Sejauh ini, aku hanya mempertanyakan segala sikap dan pola pikirnya. Ambilah, jika dia mau kupu-kupu jantan itu. aku tidak berambisi begitu kuat untuk hal ini. Aku melihat banyak pemandangan indah yang bisa aku nikmati hari berganti hari. Akupun dirawat dengan kasih sayang oleh banyak mahkluk lainnya. Namun ini sudah terlalu parah. Kamboja terlalu pintar untuk berdusta. Personanya sangat lekat dengan kulit sehingga membuat orang bingung dan berkata "Ini memang Kamboja yang tidak mempunyai duri, atau aku yang menyamakan Kamboja dengan Ilalang?" aku hanya menjawab, "Kamboja memang tidak mempunyai duri, tapi kegunaannya adalah untuk diberikan kepada orang mati yang sudah dikubur." 
           Tatapannya yang seakan-akan lugu namun penuh kelicikan, mengajarkanku betapa memang sebuah cinta sejati harus benar-benar diuji. Ingin rasanya aku memangkas kamboja dan kuberikan kepada korban bencana alam yang baru meninggal. Namun hatiku ini berkata bahwa tidak usah takut. Tuhan tahu siapa korban siapa pelaku. Kamboja adalah pelaku yang mengaku sebagai korban. 
             Angin membisikanku tentang banyak cerita bagaimana kamboja dalam ruang lingkupnya. Kamboja hanya Kamboja yang tidak bisa apa-apa. Tanggung jawab hal kecilpun tidak bisa, bagaimana mau tanggung jawab dalam hal besar? Dia mau merebut tahta taman ini, tapi untuk mengerjakan tugas kelompok saja tidak mau. Terdengar lagi mengenai kamboja bahwa kamboja adalah bunga yang licik. Dia akan memberikan sarinya untuk sesuatu yang dia mau. kalau dia tidak butuh, dia tidak akan menghampiri. Well, pada dasarnya manusia begitu. Tapi, bukan berarti dia mengabaikan sebuah persahabatan bukan? 
            Diawal aku tidak membencinya, tapi hanya saja terheran-heran. namun waktu berkata lain sampai-sampai dia mengaggu kehidupanku terlalu dalam. Kehidupanku begitu diusik oleh segala keingin tahuannya mengenai diriku yang sebenarnya bukan urusan kamboja. Hei, kamboja berbeda spesies denganku. sudah jelas aku tidak mau bersaing dengan dia karena tidak selevel. Namun dia berusaha untuk "naik level" dan bersanding denganku untuk bersaing. Aku hanya tertawa dalam hati, mau bagaimanapun kami tidak pantas untuk bersaing. Boleh, aku berikan kupu-kupu jantan itu untukmu. Cinta sejati tidak memakai ambisi terlalu kuat, cinta sejati tidak perlu mengalami cerita cinta yang terlalu berkelit, apalagi harus menyakiti pihak lainnya. 
           Dalam doaku, aku meminta Tuhan untuk mengajari dia tentang banyak kehidupan yang sebanarnya. Hidup tidak hanya selalu di alam mimpi. Dia harus terima kenyataan bahwa semua itu cinta manipulatif. Kamboja sudah membuat rusak hubungan antara kupu-kupu jantan itu dengan Tulip. Tidak puas hanya itu, dia bersikeras untuk mendapatkan kupu-kupu untuk menjadi pendamping hidupnya. Memang dia hebat, aku akui dia sangat hebat. Dia bisa mendapatkan kupu-kupu jantan itu secara perlahan tapi pasti dengan segala topeng yang dia pasang. 
            Mengapa dia bisa berbuat baik kepada orang-orang yang berpengaruh di taman ini, sedangkan kepadaku dan teman-temanku dia bersikap sinis? Dia bilang padaku bahwa dia merasa biasa saja, dan segalanya ini hanya salah pajam. Oke, memang benar salah paham. Kamboja telah salah memilih orang yang dia ajak untuk berperang. 
            Aku buang jauh-jauh pemikiran untuk membalasnya, Tuhan yang membalas dia toh. Tuhan tahu siapa pelaku dan siapa korban. Selama aku benar, aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Aku hanya masih memikirkan tentang mengapa kamboja layu sanggup untuk menguasai taman ini sedangkan dia tidak punya potensi? bahkan tahtanya diperjuangkan demikian keras oleh penguasa taman ini. 
               Oke, aku paham bahwa memang dalam dunia ini harus penuh kemunafikan agar hidupmu lebih lancar untuk mendapatkan segala yang aku mau. 

Monday, November 19, 2012

Hujan di Jalan Syahdan

       Awalnya aku hanya mengira serangkaian kata itu memang akan berlalu begitu saja. Perhatian dari matanya yang berkelit tajam menusuk ruang asmaraku. Mungkin ini memang sudah terlalu lama, tapi mengapa serangkaian kata itu masih terngiang di sanubari. Beberapa kali dia membawaku menjelajahi jalanan Syahdan yang penuh lalu lalang anak mahasiswa untuk mengawali atau mengakhiri perkuliahannya di hari itu.
        Kaki begitu riang melangkahi Jalanan Syahdan karena senyumannya yang membuatku kasmaran. Selelah apapun aku, aku berusaha untuk tetap bersamanya, meskipun mungkin itu hal yang bisa dia kerjakan sendiri. Dengan bahagianya aku menolong segala apa yang dia minta. Aku rasa aku tulus pada saat itu.
        Segalanya begitu manis, begitu menggejolak. Setiap lamunanku hanyalah ada dia. Aku tidak mau cintaku berakhir. Bahkan, saat itu aku siap untuk menjalani cinta yang berkepanjangan tanpa akhir.
         

          Kini sudah November, musim hujan, dan aku bingung untuk menikmati atau bahkan mengentang kejadian-kejadian yang pernah ada. Kutelusuri jalanan itu memakai payung dengan perut yang lapar dan kedinginan karena aku tidak membawa jaket. Langkah demi langkah aku pijak sambil berkata dalam hati bahwa apakah jalanan yang aku pijak ini akan membawa sebuah perubahan?
            Setiap hujan selalu menyanyikan lagu-lagu lama dalam hidupku tentang cinta semu, cinta palsu, cinta yang tak berujung. Aku menyukai aroma hujan dan suhunya. Namun tidak dengan segala kenangan yang ada. Mereka bilang aku terlalu apa adanya dan sosok yang  sulit di rubah. Wanita yang sok tangguh untuk menghadapi segalanya. Gadis yang keras kepala.
           Iya, betul. akupun merasakan bahwa pria menyukai wanita lemah lembut, manja, sok imut, atau bahkan aku sering menilai mereka 'alay'. Okay, masalahnya bukan di alay atau tidak. Tapi ini permasalahan tampil apa adanya.
            Karena aku lebih baik kehilangan daripada disalah mengerti.


            Mengenai cerita yang telah usai, kini aku mencoba untuk bertahan kuat sebagai pemenang dalam segala badai bersama Tuhan. Hujan ini mengingatkanku pada berkat Tuhan. Orang sering menganalogikan hujan dengan penderitaan atau kesedihan, bagiku tidak..
            Hujan pertanda bahwa Tuhan sedang memberikan berkatNya. Aku tinggal menyediakan ember untuk menampung air hujan itu turun, menjadi sebuah genangan kekuatan untuk aku bangkit. Aku rindu dipulihkan, aku rindu bisa mengamati seksama dan berbagi. Aku berusaha keras tentang mencapai semua mimpi itu.
             Tidak usah bicara Cinta, kalau kamu belum paham tentang dirimu sendiri.

Friday, November 16, 2012

Biji Mata Tuhan

         iya. terlalu lama aku melupakan tentang hal ini. bagaimana janji setia Tuhan dalam hidupku begitu sempurna. sudah lama aku melupakan banyak orang yang menerima suatu pengalaman buruk yang dikarenakan memang mereka tidak pernah menghormati orang lain. sudah terlalu lama aku tidak menyadari bahwa banyak orang-orang yang menyakitiku lalu merasakan dampaknya dari pembalasan Tuhan.
        Tuhan tahu koq, siapa yang salah dan siapa yang benar. siapa pelaku, siapa korban. tidak usah takut dengan omongan orang yang tidak benar mengenai kamu. Tuhan adalah hakim diatas segala hakim. orang tidak punya hak menghakimimu, begitu juga kita tidak berhak menghakimi orang lain.
        memang sih, ketika aku ditantang untuk mengampuni rasanya berat. "mengapa orang seperti ini harus aku ampuni? bahkan dialah orang yang membuat segala mala petaka dalam hidupku datang. dimana aku sedang menikmati indahnya masa kuliah, tetapi dia merusak segalanya!" tapi tetap, aku di tantang untuk mengampuni dan mendoakan mereka.

        "mengampuni bukan pakai perasaan, karena jelas sudah sakit. tapi mengampuni itu keputusanmu untuk diampuni oleh Tuhan. mengampuni itu bukan untuk dia, tapi untuk dirimu sendiri. setiap perkataan negatif yang menusuk hatimu, itu karena kamu yang mengijinkannya sendiri untuk masuk ke dalam relung hatimu lalu terluka dan sakit. semua itu keputusanmu. mengampuni, atau mengabaikan. itu keputusanmu." kata-kata dari pendeta muda itu terus terngiang di telinga.

    oke, aku putuskan untuk mengampuni, karena aku ingin merasakan damai sukacita dari Tuhan. aku ingin hatiku dimerdekakan, lepas dari segala kepahitan yang ada. setelah doa, tidak ada yang berubah. masalah tetap masalah. tapi aku diuji Tuhan bagiamana perkataan harus sesuai dengan komitmen. aku sudah berkomitmen untuk mengampuni mereka. beraaaaaaaaaaaaaattt rasanya untuk menyapa mereka, apalagi aku dituntut untuk menghormati dia. 
       tapi janji Tuhan itu iya dan amin. aku bukan sukacita karena dia dapat ganjaran, tetapi aku sukacita bahwa akhirnya aku menyadari kembali tentang perlindungan Tuhan dalam hidupku. so, hati-hati kawan dalam berbuat. apalagi jangan kamu seenaknya mempermainkan biji mata Tuhan. ga enak loh dampaknya. saya tidak akan membalas anda, karena saya punya Tuhan yang luar biasa yang mampu untuk menolong, memperhatikan, dan melindungiku setiap saat. 

Thursday, November 15, 2012

angin senja

Angin senja membelai indah imajinasiku mengenai aku tanpamu adalah sebuah kekhawatiran. Matahari berkata padaku bahwa esok akan indah. Namun banyak awan yang membentuk dirinya menjadi sebuah gambaran yang lemah tak berdaya. Adapaun aku, yang tak mampu duduk sendiri di tengah hamparan gurun pasir kering ini.
Aku sapa burung di udara untuk singgah dipangkuanku dan mendengarkan puisi cintaku yang rapuh. Namun burung hanyalah burung yang terbang indah tanpa meninggalkan kisah. Sanggupkah aku untuk tetap disini sehingga padang gurun menjadi hutan tropis penuh mata air?
Langit merah, gunung abu, berputar-putar angin senja ini hadir. Mata hatiku banyak debu, tidak bisa melihat jelas antara kuda jantan atau ular berbisa.

Thursday, November 1, 2012

Is there no thorny roses?

         Kukagumi sang cinta dengan ambisi menggebu-gebu. Gelisah setiap malam, mencurahkan banyak tangisan tentang cinta yang tidak pernah berujung. Sang mawar sedang menikmati hidup dengan menghirup sebuah impian mengenai perjanjian setia yang dibawa hingga  mati. Cinta ini, mempunyai berjuta dilema yang kusut oleh karena air tenang yang pernah menenggelamkan banyak orang. 
         Satu peristiwa pada sebuah kupu-kupu jantan menghampiri sang mawar, tetapi hanya ingin menikmati sarinya. Sang mawar bahagia, tersenyum sepanjang hari, betapa dia menikmati kehadiran sang kupu-kupu itu. terbesit sedikit kekhawatiran mengenai ini semua, apakah sang kupu-kupu itu memang hanya ingin menikmati sarinya saja atau dia tetap optimis bahwa kupu-kupu itu akan menghiasi taman bunga ini selamanya dengan kebaikan yang dia punya? Mawar membutuhkan kupu-kupu untuk penyerbukan, begitu juga kupu-kupu butuh mawar untuk melanjutkan hidup. 
          Simbiosis mutualisme yang kelihatan, sebenarnya ini hanya sebuah hubungan tanpa didasari hati nurani. Sang kupu-kupu hanya memikirkan sebuah solusi untuk dirinya, bagaimana sari akan terhisap lalu meninggalkan mawar, dan berpindah kepada bunga kamboja. 
          Mawar sedih, begitu miris, bahkan dia ingin melayukan dirinya sehingga dia terjatuh dibawah tanah, lalu mengering, dan diambil tukang kebun, dipangkas, lalu dijadikan pupuk untuk mawar lainnya. Merasa tak berharga. Ditaman ini, tidak hanya ada satu mawar, masih ada mawar-mawar lainnya yang lebih indah daripada dia. Dan mawar menyadari bahwa kupu-kupu masih bisa menghisap sari tidak hanya daripada dia. 
           Bukan masalah penyerbukan, mawar hanya ingin ditemani oleh kupu-kupu siang dan malam, hingga berganti senja. Hanya itu. ketika kupu-kupu berkata, "mawar, kamu cantik. kamu indah. kamu manis. aku akan mengelilingi taman ini dan menghampiri kamu. akan aku selalu bawakan cerita-cerita indah ketika aku berada di taman lainnya." 
            kata-kata itu terngiang terus sehingga mawar meyakini bahwa kupu-kupu adalah bagian hidupnya yang terintegrasi. tidak bisa kehilangan, sama sekali. tidak akan pernah bisa. mencoba berkhayal tentang puisi jiwa yang berkobar walaupun denyut nadi ini bergetir karena logika tahu bahwa semuanya tidak mungkin. 
            terkadang, mawar tidak lebih bahagia daripada setangkai kamboja layu. Memang tidak masuk akal, tapi inilah yang terjadi. Mawar mencoba intropeksi diri, mungkinkah kupu-kupu meninggalkannya karena ada duri pada dirinya karena kamboja tidak mempunyai duri pada tangkainya? Disitulah dia sadar bahwa Mawar memang bunga paling indah, tetapi dia berduri.